Rosmalina, seorang wanita biasa dan ibu rumah tangga dengan dua putri cantik yang menemaninya. Hidup di daerah yang strategis untuk memulai sebuah usaha.
Tahun 1995 memulai usahanya dengan membuka wartel. Saat itu, kebutuhan akan komunikasi masih sangat besar dikarenakan masih jarangnya orang mempunyai Hp.
Wartelnya selalu ramai. Semakin hari semakin bertambah pelanggannya. Berbagai permintaan pun bermunculan.
Tersedianya camilan, minuman dikala mereka menunggu giliran menggunakan wartel adalah salah satu permintaan pelanggan. Bahkan ada yang menyarankan Rosmalina untuk menjual pulsa.
Rosmalina ingin memuaskan pelanggannya. Berbekal uang 200 ribu ia akhirnya membuka toko kecil-kecilan. Dan hasilnya, tokonya laris diserbu pelanggan.
Melihat peluang usahanya semakin luas, Rosmalina membuka counter. Semakin banyak yang datang. Minuman soft drink pun disediakan. Anak-anak, para tentara dan orang disekitarnya pun banyak yang mampir bertandang.
Jiwa usaha Rosmalina makin menggebu. Dia yakin usahanya akan bertambah sukses. Berbekal uang pesangon saat bekerja di sebuah perusahaan, Rosmalina memberanikan diri membuka toko sembako dan baju.
Semua berjalan mulus dan lancar. Pendapatan semakin meroket. Rosmalina merasa luar biasa.
Namun, hal itu justru awal dari sebuah perjalanan begitu berat bagi dirinya.
Bermula dari bertemunya Rosmalina dengan seorang rentenir. Melihat kesuksesannya, rentenir tersebut bermaksud menawarkan kerjasama memberi pinjaman uang untuk mengembangkan usahanya.
Apakah Rosmalina terbujuk dan meminjam uang kepada rentenir itu? Ternyata tidak, sama sekali tidak.
Si rentenir tidak begitu saja mundur untuk merayu Rosmalina. Jika dia tidak bisa diajak kerjasama maka rentenir punya rencana lain. Dibujuklah dia untuk mengenalkannya kepada teman-temannya. Dan berhasil, Rosmalina bersedia.
Akhirnya, rentenir berhasil mempengaruhi teman-temannya. Mereka meminjam uang kepada rentenir itu.
Rosmalina tidak pernah berpikir bahwa tindakannya membantu rentenir itu adalah kesalahan sangat besar.
Sampai suatu ketika, rentenir itu datang. Meminta Rosmalina membayar bunga semua utang teman-temannya.
Rosmalina shock! Bagai sebuah gunung besar jatuh menimpa tubuhnya. Tak menyangka semua itu terjadi.
Teman-temannya telah meminjam uang ke rentenir itu. Namun dalam perjalanannya banyak yang tidak bertanggung jawab. Mereka tidak bisa membayar hutangnya.
"200 juta", sebuah angka yang sangat besar. Dan itu jumlah yang harus Rosmalina bayarkan kepada rentenir.
"Dari mana aku mendapatkan uang sebegitu banyak ?" pikir Rosmalina. Tak tahu apa yang mesti diperbuat. Bingung setengah mati.
Rentenir terus mendesak. Utang harus segera dilunasi. Rosmalina tidak berkutik.
Akhirnya untuk membayar itu semua, Rosmalina dengan berat hati menyerahkan seluruh hasil usahanya kepada rentenir itu. Usaha yang selama ini dirintisnya, dikelolanya habis sudah di ambil rentenir.
Dan usaha rentenir tersebut berhasil. Karena ternyata maksud sebenarnya rentenir itu adalah menguasai tempat usahanya. Rosmalina bangkrut, hancur, dan tidak punya apa-apa lagi. Seketika hidup Rosmalina berubah.